Telah disinggung di atas, bahwa law of attraction bertugas memberikan apa yang kita inginkan. Seseorang yang ingin memberdayakan hukum ini, haruslah paham akan keberadaannya. Kalau memahami saja sudah bingung, lalu, bagaimana mungkin bisa memberdayakan, menggunakannya, apalagi memerintah law of attraction ini?
Banyak orang yang telah melakukan pembelajaran yang sebegitu intens, pengamatan yang sebegitu melelalahkan terhadap law of attraction, tetapi, jauh dari apa yang diharapkan. Penjelasan demi penjelasan, tak kunjung membuat ia paham akan hukum ini. Kondisi ini adalah inefisiensi. Ini harus dihindari.
Tapi, ada juga yang berkomentar seperti ini, “memahami law of attraction perlu proses yang sebegitu panjang dan melelahkan. Wah.. ini tidak efisien. Mending cari yang praktis saja”. Nah.... ini dia yang membuat kerancuan. Mengapa? Law of attraction bukan mie instan yang bisa disedu lalu dimakan titik... Bukan seperti itu tentunya. Law of attraction bekerja melalui prinsip-prinsip tertentu. Contoh analogisnya begini. Seseorang terlahir di dunia ini, tidak langsung bergelar sarjana hukum. Ia harus tumbuh menjadi besar, dan mulai menginjakkan kakinya di bangku sekolah. Ia menempuh kelas 1 SD sampai kels 3 SMA dulu. Kalau ini sudah tuntas, barulah ia kuliah di fakultas hukum. Ini pun harus berproses sedemikian rupa. Jika setiap tahapan telah ia lalui maka ia dinobatkan lulus menjadi sarjana hukum. Nah... Ini baru pas.
Lalu, bagaimana memahaminya? Ia harus mengetahui sisi ilmiah dari law of attraction. Apakah ada sisi ilmiah dari law of attraction itu? Tentu saja ada.Ikuti terus ………